Ibnu'Asakir meriwayatkan dalam kitab Al-Mubhamaat, "Saya menemukan tulisan tangan dari Ibnu Basykual yang menyebutkan bahwa Abu Bakar bin Abi Dawud meriwayatkan dalam kitab tafsirnya, 'Ayat ini turun berkenaan dengan Abi Hindun. Suatu ketika, Rasulullah menyuruh Bani Bayadhah untuk menikahkan Abu Hindun ini dengan wanita dari suku mereka.

Ilustrasi membaca Alquran. Foto UnsplashSurat Al Maidah yang dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai jamuan hidangan’ merupakan surat ke-5 dalam Alquran. Al Maidah diturunkan ketika peristiwa Haji Wada. Surah Al Maidah juga disebut Al Uqud perjanjian karena kata tersebut termuat dalam ayat pertama. Di mana Allah memerintahkan agar hamba-Nya memenuhi janji terhadap Allah dan perjanjian yang mereka buat terhadap sesama manusia. Perjanjian tersebut kemudian dijabarkan dalam Surat Al Maidah Ayat 2 yang berisi larangan dan perintah yang harus dikerjakan umat Islam. Berikut adalah bunyi Surat Al Maidah Ayat 2 Bacaan Surat Al Maidah Ayat 2يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُحِلُّوا۟ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ وَلَا ٱلشَّهْرَ ٱلْحَرَامَ وَلَا ٱلْهَدْىَ وَلَا ٱلْقَلَٰٓئِدَ وَلَآ ءَآمِّينَ ٱلْبَيْتَ ٱلْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوَٰنًا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَٱصْطَادُوا۟ ۚ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا۟ ۘ وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِYā ayyuhallażīna āmanụ lā tuḥillụ sya'ā`irallāhi wa lasy-syahral-ḥarāma wa lal-hadya wa lal-qalā`ida wa lā āmmīnal-baital-ḥarāma yabtagụna faḍlam mir rabbihim wa riḍwānā, wa iżā ḥalaltum faṣṭādụ, wa lā yajrimannakum syana`ānu qaumin an ṣaddụkum 'anil-masjidil-ḥarāmi an ta'tadụ, wa ta'āwanụ 'alal-birri wat-taqwā wa lā ta'āwanụ 'alal-iṡmi wal-'udwāni wattaqullāh, innallāha syadīdul-'iqāb."Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan mengganggu hadyu hewan-hewan kurban dan qala'id hewan-hewan kurban yang diberi tanda, dan jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridhaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencianmu kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas kepada mereka. Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya".Ashabun Nuzul Ilustrasi tolong menolong. Foto FreepikAsbabun nuzul merupakan sebab-sebab suatu ayat Alquran diturunkan. Mengutip dari Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul oleh Jalal al-Din al-Suyuti, Surat Al Maidah ayat 2 diturunkan oleh Allah sebagai jawaban atas suatu peristiwa yang tengah terjadi. Ketika Rasulullah SAW bersama para sahabatnya berada di Hudaibiyah, mereka dicegah untuk tidak pergi ke Baitullah oleh kaum kafir Quraisy. Kemudian lewat sekumpulan orang musyrik dari Timur yang hendak pergi berumrah ke Baitullah. Para sahabat Nabi SAW berkata “Kita cegah mereka orang-orang musyrik dari Timur sebagaimana mereka kaum kafir Quraisy mencegah kita untuk pergi ke Baitullah”. Ayat tersebut kemudian turun untuk menegaskan bahwa para sahabat tidak diperkenankan untuk melakukan pembalasan dengan landasan permusuhan belaka. Kandungan Surat Al Maidah ayat 2Surat Al Maidah ayat 2 mengandung berbagai hikmah yang penting untuk diresapi dan dipraktikkan oleh setiap muslim. Kandungan Surat Al Maidah ayat 2 mencakup Larangan berperang pada bulan tertentuLarangan menyiksa binatangPerintah untuk saling tolong-menolong dalam kebajikan dan ketaqwaan, dan melarang untuk saling tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhanPerintah bertakwa kepada Allah
1901/2021. Asbab Nuzul Surat Al-Maidah Ayat 51. Dalam kajian Asbab Nuzul ada dua kaidah yang sering diperdebatkan yakni al-ibrah bi umum al-lafdzi (pemahaman ayat adalah berdasar pada keumuman lafadznya) dan al-ibrah bi khusus al-sabab (pemahaman ayat adalah berdasar Asbabun Nuzulnya). Sebenarnya kedua kaidah ini dapat dikompromikan dalam Ayat 1, yaitu firman Allah ta’ala, “Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti keinginan orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,” al-Ahzab 1 Sebab Turunnya Ayat Juwaibir meriwayatkan dari adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas yang berkata, “Beberapa penduduk Mekah, seperti Walid ibnul-Mughirah dan Syaibah bin Rabi’ah mengimbau Nabi saw. untuk menghentikan dakwahnya dan sebagai imbalannya mereka akan memberi beliau separuh dari harta yang mereka miliki. Di sisi lain, orang-orang munafik dan Yahudi di Madinah ikut menakut-nakuti Rasulullah dengan ancaman bahwa jika beliau tidak menghentikan dakwahnya maka mereka akan membunuhnya. Sebagai respons terhadap hal tersebut maka Allah menurunkan ayat, “Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti keinginan orang-orang kafir…” Ayat 4, yaitu firman Allah ta’ala, “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu sendiri. Yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. Dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan yang benar.” al-Ahzab 4 Sebab Turunnya Ayat Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Suatu hari, ketika Rasulullah tengah mengimami para sahabat, tiba-tiba terjadi kekeliruan dalam bacaan atau gerakan shalat beliau. Orang-orang munafik yang ikut shalat pada saat itu lantas berkata, “Tidaklah kalian lihat bahwa ia Rasulullah memiliki dua hati; yang satu bersama kalian sementara yang satu lagi bersamanya?!’ Sebagai tanggapannya, turunlah ayat, Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya;…'” 466 Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari Khasib dari Said bin Jabir, Mujahid, dan Ikrimah yang berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan seorang laki-laki yang mendakwakan diri memiliki dua buah hati/jiwa.” Ibnu Jarir juga meriwayatkan riwayat yang sama dari jalur Qatadah dari al-Hasan. Hanya saja, terdapat tambahan, yaitu bahwa laki-laki itu berkata, “Saya memiliki satu jiwa yang menyuruh, sementara yang satu lagi melarang.” Selain itu, dari Ibnu Abi Najih dari Mujahid juga diriwayatkan, “Ayat ini turun berkenaan dengan seorang laki-laki dari Bani Fahr yang berkata, Sesungguhnya di dalam tubuh saya terdapat dua hati yang masing-masingnya lebih hebat dari akal Muhammad.'” Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan dari Suddi bahwa ayat ini turun berkenaan dengan seorang laki-laki Quraisy dari Bani Jumah yang bernama Jamil bin Muammar. Ayat 5, yaitu firman Allah ta’ala, “Panggilah mereka anak-anak angkat itu dengan memakai nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka panggilah mereka sebagai saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu . Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi yang ada dosanya apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” al-Ahzab 5 Sebab Turunnya Ayat Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar yang berkata, “Kami masih tetap memanggil Zaid bin Haritsah dengan Zaid bin Muhammad hingga turun ayat, Panggilah mereka anak-anak angkat itu dengan memakai nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah,…'” Ayat 9, yaitu firman Allah ta’ala, “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan ni’mat Allah yang telah dikurniakan kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya . Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan.” al-Ahzab 9 Sebab Turunnya Ayat Imam al-Baihaqi meriwayatkan dalam kitab ad-Dalaa’il dari Hudzaifah yang berkata, “Pada saat Perang Ahzab, kami para sahabat berbaris dalam keadaan duduk. Sementara itu, Abu Sufyan dan pasukan koalisi kaum kafir berada di atas kami, sedangkan kaum Yahudi Bani Quraizhah di belakang kami. Kami khawatir mereka akan menyerang istri dan anak-anak kami. Kami tidak pernah mengalami malam yang begitu gelap dengan angin yang begitu kencang seperti ini sebelumnya. Di tengah situasi seperti itu, satu per satu orang munafik lalu meminta izin kepada Rasulullah untuk meninggalkan tempat. Mereka beralasan, Sesungguhnya rumah kami dalam keadaan terbuka tidak ada yang menjaga,’ padahal tidak demikian adanya. Pada saat itu, tidak seorang pun yang meminta izin kepada Rasulullah melainkan beliau memberinya izin. Orang-orang munafik itu pun satu per satu mulai menjauh. Tiba-tiba, Rasulullah terlihat menghampiri kami sambil berjalan kaki hingga sampai di depan saya. Beliau lalu berkata kepada saya, Sesungguhnya tengah terjadi sesuatu pada orang-orang itu pasukan Ahzab. Oleh karena itu, pergilah dan informasikan keadaan mereka kepada saya!’ Dengan mengendap-endap saya lalu mendatangi perkemahan mereka. Di sana, saya menemukan perkemahan mereka tengah didera angin yang sangat kencang. Tidak sejengkal tanah pun dari tempat kemah mereka itu yang tidak terkena terjangan angin. Demi Allah, saya sungguh mendengar suara bebatuan yang menerjang kendaraan dan kemah-kemah mereka. DI sela-sela gemuruh angin yang menerjang itu, saya mendengar teriakan-teriakan panik mereka, Segera menyingkir! Lari!’ Setelah beberapa saat, saya lalu kembali ke tempat Rasulullah dan memberitahukan apa yang terjadi pada pasukan koalisi tersebut. Saya juga mengatakan bahwa ketika meninggalkan tempat itu, mereka telah lari kocar kacir. Setelah kejadian itu, turunlah ayat, “Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan ni’mat Allah yang telah dikurniakan kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara,…'” Ayat 12, yaitu firman Allah ta’ala, “Dan ingatlah ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata ”Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya”. al-Ahzab 12 Sebab Turunya Ayat Ibnu Abi Hatim dan Imam al-Baihaqi meriwayatkan dalam kitab ad-Dalaa’il dari Katsir bin Abdullah bin Amru al-Muzni dari ayahnya dari kakeknya yang berkata, “Rasulullah memutuskan untuk membuat parit di sekeliling kota Madinah sebelum terjadinya Perang Ahzab. Allah lalu mengeluarkan dari dalam parit sebuah batu besar yang bulat dan berwarna putih. Rasulullah lalu mengambil pacul dan memukul batu itu dengan keras sehingga merekah dan tiba-tiba mencuat cahaya terang dari batu itu yang memerangi kedua ujung kota Madinah. Melihat itu, Rasulullah kembali bertakbir dan kaum muslimin pun ikut bertakbir. Rasulullah lalu memukul batu itu kembali sehingga merekah lebih besar dan kembali mencuat cahaya terang yang menerangi kedua ujung kota Madinah. Melihat itu, Rasulullah kembali bertakbir dan kaum muslimin pun ikut bertakbir. Rasulullah kemudian memukul batu itu untuk ketiga kalinya hingga akhirnya pecah berkeping-keping. Akan tetapi, lagi-lagi mencuat cahaya terang dari batu itu yang menerangi kedua ujung kota Madinah sehigga Rasulullah kembali bertakbir untuk ketiga kalinya dan begitu pula kaum muslimin. Ketika Rasulullah ditanya tentang kejadian tersebut, beliau berkata, Pada pukulan pertama, cahaya terang dari batu itu membuat saya dapat melihat istana-istana Hirah dan Madain yang dimiliki Kisra Persia. Jibril lalu datang dan memberitahukan bahwa umat saya nantinya akan mengalahkan mereka kaum Persia. Selanjutnya, pada pukulan kedua, cahaya terang dari batu itu membuat saya dapat melihat istana-istana merah yang terdapat di daerah Romawi. Jibril lalu memberitahukan bahwa umat saya nantinya akan mengalahkan mereka kaum Romawi. Ketika saya memukul untuk ketiga kalinya, cahaya terang dari batu itu membuat saya dapat melihat istana-istana di kota San’aa Yaman dan Jibril kembali memberitahukan bahwa umat saya nantinya akan mengalahkan mereka kerajaan Yaman.’ Akan tetapi, ketika orang-orang munafik mendengar ucapan Nabi saw. tersebut, mereka justru berkata dengan nada mengejek kepada para sahabat, Tidakkah kalian merasa heran dengan ucapan, angan-angan dan janji-janji palsu yang disampaikannya kepada kalian?! Bagaimana mungkin ia menyatakan telah melihat kota Yatsrib ini istana-istana Hirah dan Madain milik raja Kisra Persia; juga menyatakan bahwa kalian akan menaklukannya, sementara kalian saat ini hanya bisa menggali parit untuk melindungi diri dari kelompok-kelompok yang kalian tidak mampu menghadapinya?!’ Sebagai respons terhadap sikap tersebut, turunlah ayat, Dan ingatlah ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata ”Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya”. Juwaibir meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Ayat ini turun sebagai respons terhadap sikap Mut’ab bin Qusyair al-Anshari, yaitu orang yang mengucapkan kata-kata ejekan di atas.” Selanjutnya, Ibnu Ishak dan al-Baihaqi juga meriwayatkan dari Urwah ibnuz Zubair dan Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi dan lainnya yang berkata, “Mut’ab bin Qusyair berkata, Bagaimana mungkin Muhammad menjanjikan bahwa kita akan menguasai harta dan istana-istana Kisra Persia sementara saat ini saja setiap kita tidak merasa aman, bahkan unuk sekadar pergi membuang hajat!'” Berikutnya, juga diriwayatkan bahwa Aus bin Qaizhi berkata kepada Rasulullah di hadapan pemuka-pemuka kaumnya, “Sesunguhnya rumah kami dalam keadaan terbuka tidak ada penjaga sementara ia berada di luar kota Madinah. Oleh sebab itu, izinkanlah kami untuk kembali ke rumah dan menjaga istri dan anak-anak kami.” Pada saat orang-orang munafik itu telah pergi dan umat Islam berhasil melewati cobaan berat tersebut, Allah lalu menurunkan ayat kepada Rasulullah yang mengingatkan kepada beliau berbagai nikmat yang telah diturunkan-Nya serta penjagaan-Nya terhadap beliau dari tipu daya mereka setelah prasangka dan kata-kata buruk yang mereka lontarkan terhadap beliau. Ayat dimaksud adalah, “Wahai orang-orang yang beriman! Inganlah akan nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepadamu ketika bala tentara datang kepadamu,...” al-Ahzab 9 Ayat 23, yaitu firman Allah ta’ala, “DI antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah janjinya.” al-Ahzab 23 Sebab Turunnya Ayat Imam Muslim, at-Tirmidzi, dan lainnya meriwayatkan dari Anas bin Malik yang berkata, “Paman saya, Anas bin Nadhir, tidak sempat mengikuti Perang Badar. Hal itu membuatnya merasa sangat sedih. Ia berkata, Bagaimana mungkin pada peperangan pertama yang diikuti oleh Rasulullah saya tidak ikut. Sekiranya nanti Allah mengizinkan saya untuk mengikuti peperangan berikutnya bersama Rasulullah niscaya Allah akan menyaksikan bagaimana tingginya semangat perjuangan saya.’ Beberapa waktu kemudian, terjadilah Perang Uhud. Paman saya lantas ikut terjun ke medan perang hingga akhirnya syahid. Di sekujur tubuhnya kami menemukan lebih dari delapan puluh luka, baik yang karena sabetan pedang, tusukan tombak, maupun terjangan anak panah.” Selanjutnya turunlah ayat ini, “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.” hingga akhir ayat. 467 466. Sunan at-Tirmidzi, hadits nomor 3199. Imam at-Tirmidzi menilai hadits ini berkualitas hasan. 467. Shahih Muslim, kitab al-Imarah, hadits nomor 1903, Sunan at-Tirmidzi, kitab at-Tafsiir, hadits nomor 3200. Sumber Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie Gema Insani, hlm. 444 – 450. Post Views 329
AsbabunNuzul Surat Ali Imran Ayat 31. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir mengetengahkan tiga asbabun nuzul Surat Ali Imran ayat 31 ini. Baca juga: Surat Al Maidah Ayat 48. 3. Allah Maha Pengamun lagi Maha Penyayang. Ayat ini ditutup dengan dua asmaul husna;
Bacaayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia 30 31 perang 32 hujan 33 dalil+kitab+taurat 34 pantang menyerah 35 Al hujurat ayat 12 36 Qur'an+Surat+almaidah+ayat+148 37 zabur 38 al maidah ayat 2 39 sabar 40 al Daud Nomor 3026 80 yasin ayat 12 81 dalil zabur 82 Dalil+tentang+kebenaran+adanya+kitab+al quran 83 Surat
Yazidibnu Suhaib Al-Faqir mengatakan, aku bertanya kepada Jabir ibnu Abdullah tentang firman Allah Swt.: Mereka ingin keluar dari neraka, padahal mereka sekali-kali tidak dapat keluar darinya. (Al-Maidah: 37) Jabir ibnu Abdullah memerintahkan kepadanya untuk membaca bagian permulaan dari ayat yang sebelumnya, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya
BerikutAsbabun Nuzul dan Tafsir Surat al-Maidah ayat 51 yang harus kita pelajari dan pahami; Asbabun Nuzul QS. al-Maidah ayat 51. Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan al-Baihaqi, yang bersumber dari 'Ubadah bin ash-Shamit bahwa 'Abdullah bin Ubay bin Salul (tokoh munafik Madinah) dan 'Ubadah bin ash-Shamit (salah
36jn2I. 378 54 316 173 395 197 269 487 401

asbabun nuzul al maidah ayat 3